BELAJAR MEMAAFKAN DISERTAI KEJUJURAN

Orang sering terjebak dengan melakukan permaafan dengan melupakan. Padahal memaafkan haruslah disertai kejujuran bahwa hati memang sakit, tapi hati juga menolak untuk terus melanggengkan sakit itu.

Madame Swetchine, seorang penulis Rusia pada abad 19, menyebut bahwa manusia dalam kenyataanya sangat jarang untuk memaafkan karena yang terjadi sebenarnya adalah melupakan. Dengan memaafkan dalam makna melupakan itu manusia ingin menghilangkan perasaan lemah dan malu karena tak mampu membalas dendam.

Memaafkan dalam esensinya mempunyai beberapa langkah. Doris Donneley dalam Putting Forgiveness into Practice, menjabarkan langkah – langkah memaafkan sebagai berikut : mengenali luka batin kita, memutuskan untuk memaafkan, menyadari kesulitan dalam memberi maaf, dan menyadari dampak negative dari ketiadaan permaafan. Jika hal ini dipahami maka orang akan bisa memasuki makna memaafkan yang esensial.

Sementara David Norris, dalam Forgiving from the heart mengusulkan lima langkah untuk sampai pada makna memaafkan yakni memperteguh niat memaafkan, secara akurat memeriksa kembali pelanggaran ( kesalahan) orang yang akan dimaafkan, memaknakan kembali luka batin akibat kesalahan, membina kembali relasi yang terputus, dan mengintegralkan kembali berbagai retak psikis yang dialami akibat luka batin tersebut.

Artinya memaafkan tak lain dimulai dengan memaknai terlebih dahulu kesakitan yang dialami baru kemudian beranjak dengan memaafkan sebagai upaya menyembuhkan luka batin itu. Jadi memaafkan bukanlah serta merta melupakan kesalahan orang yang menyakiti itu begitu saja.

Memang tak mudah mengamalkan teori ini.  Karena memaafkan dengan menyelami terlebih dahulu persoalan sakit yang dialami memerlukan kebijaksanaan dan kematangan yang tinggi. Wajar orang lebih memilih untuk melupakan karena dirasa lebih mudah baginya untuk lepas dari persoalan.

Namun dalam kehidupan kita sehari – hari sebenarnya kita bisa melihat potret memaafkan yang esensial itu. Potret itu bisa dari teman, sahabat, keluarga atau dari kisah yang kita baca. Salah satu yang bisa dikedepankan disini adalah proses memaafkan yang dialami Teh Ninih, istri dai kondang, Aa Gym, saat dipoligami.

Lepas dari segala macam polemic hukum yang menyertai kasus poligami paling menghebohkan di Indonesia itu, apa yang ditunjukkan Teh Ninih memang demikian luar biasa. Dalam kondisi tersakiti seperti itu dia tetap bisa tersenyum bahkan mengucapkan terimakasih pada suaminya. Lewat pengakuannya yang dilakukan di hadapan jamaah Daarut Tauhid, ia menunjukkan satu sikap penting memaafkan yang disertai kejujuran yang patut kita jadikan hikmah.

Mengakui Hati Hancur

“Terima kasih Aa, saya pribadi merasa bersyukur memiliki suami yang diberikan karunia yang sangat besar, bisa mengenal Allah sejak belum menikah,” ujarnya dengan lembut kepada suaminya.

Perempuan berkacamata itu bahkan menyebut suaminya sudah mengajarkan sebuah pelajaran penting agar ia tidak mencintai dunia secara berlebihan. Ia juga merasa sedang diuji keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah.

“Kadang terucap dalam hati, dalam pikiran, ‘inilah saya yang paling hebat, yang bisa mengantarkan suami saya menjadi hebat seperti ini’ tapi ternyata Allah nggak suka, Allah Maha cemburu, karena apa yang dialami suami saya bukan karena saya melainkan karena Allah swt,” ujarnya berintrospeksi diri.

Satu poin penting yang ditunjukkan Teh Ninih tak lain adalah kejujuran. Ia mengakui bahwa saat suaminya memilih perempuan lain untuk dijadikan istrinya yang kedua, hatinya demikian hancur. Ia mengadu kepada Allah dan menangis dalam istikharah dan tahajudnya, minta petunjuk atas tekanan besar yang menghantam dadanya. Namun dari kesakitan itu terselip keyakinan bahwa ada hikmah yang terkandung dalam peristiwa yang menimpanya itu. Hikmah itulah yang ia petik hingga ia mau dan ikhlas memaafkan sekalipun ia mengakui butuh proses.

Kepada pihak yang simpati kepadanya, yang mengirimkan dukungan, bahkan bersedia melabrak Teh Rini, istri kedua Aa Gym, ia juga menunjukkan  simpati dan penghargaan, namun mengingatkan mereka untuk selalu berbuat baik. Sebagai perempuan ia menyadari juga bagaimana perasaan para ibu – ibu itu yang marah dan geram atas kejadian yang menimpanya. Tapi ia tak ingin menyimpan dendam dan menunda untuk memaafkan karena menunda memaafkan hanya akan melanggengkan sakit yang ada di hatinya.

“Teteh menghargai sekali. Yang sayang kepada Teteh mungkin sangat ingin membalas. Tapi, tolong berperilakulah yang baik, karena walau bagaimanapun Teteh sekarang mulai berfikir bahwa ini adalah hikmah tentang sejauh mana keseriusan berlatih untuk tidak dengki, berlatih memaafkan orang yang sepertinya menyakiti,” ujar Teh Ninih lagi.

Sebuah sikap memaafkan yang patut dicontoh.

sumber : Anggun Majalah Pengantin Muslim Edisi 09 / II / Oktober 2009

~ by glesyer on August 21, 2010.

One Response to “BELAJAR MEMAAFKAN DISERTAI KEJUJURAN”

  1. semoga kita selalu bisa berbuat baik dengan sesama dan bisa dengan ikhlas memaafkan kesalahan orang lain.

Leave a comment